Ilustrasi Kontraktor Jual beli proyek
Labuan Bajo, Flobamor.com – Awan gelap kembali menyelimuti dunia proyek di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Aroma busuk kecurangan terendus. kali ini menyeret nama Fonsi, Direktur CV. Malok Ajo, yang disebut-sebut sebagai “spesialis proyek bermasalah”.
Sosok ini dikabarkan menguasai delapan paket proyek pemerintah dengan nilai fantastis, mencapai Rp1,7 miliar lebih.
Laporan eksklusif Flobamor.com dari berbagai sumber di lapangan mengungkap adanya pola pelanggaran terstruktur, sistematis, dan terencana, yang bukan hanya menggerogoti keuangan negara, tetapi juga mengancam kualitas fasilitas publik di Manggarai Barat.
Material Oplosan dan Proyek Mangkrak: “Kayu Tidak Sesuai Spesifikasi!”
Temuan lapangan menunjukkan hampir seluruh proyek yang digarap Fonsi bermasalah.
Beberapa sumber yang enggan disebut namanya menyebut, praktik curang dilakukan secara terang-terangan.
“Kayu yang dipakai tidak sesuai spesifikasi. Material lain pun di bawah standar kontrak,” ujar salah satu sumber kepada Flobamor.com di lokasi proyek.
Tak hanya itu, Fonsi disebut sering memindahkan pekerja dari satu proyek ke proyek lain secara mendadak, tanpa alasan jelas.
Akibatnya, banyak pekerjaan terbengkalai. Contohnya, proyek SDN Bempo kini nyaris berhenti total karena para tukang dipindahkan ke lokasi lain.
“Kontrak sudah kritis, pekerjaan banyak terlambat, tapi dinas diam saja. Tidak ada tindakan tegas,” tambah sumber lainnya dengan nada kecewa.
Empat Proyek “Pinjaman”: Dugaan Jual-Beli Paket Kian Kuat
Lebih mengejutkan, dari delapan proyek yang dikerjakan, empat di antaranya tidak memakai nama CV. Malok Ajo, melainkan perusahaan lain seperti CV. Wangka Lajar, CV. Nuk Koe Riko, dan CV. Accelora.
“Fonsi tidak hanya main lewat Malok Ajo. Dia juga pakai perusahaan pinjaman. Diduga ada jual-beli paket proyek,” beber seorang sumber terpercaya, Senin (10/11/2025).
Praktik semacam ini jelas melanggar aturan pengadaan barang dan jasa, sekaligus membuka ruang korupsi dan kolusi yang merugikan daerah.
Proyek Jalan Tani Lingko Ikong: Kontrak Jalan, Pekerjaan Nihil
Puncak skandal ini terlihat pada proyek Pembangunan Jalan Tani Lingko Ikong Wae Mose senilai hampir Rp100 juta, dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan.
Proyek sudah dikontrak sejak 13 Oktober 2025 dengan masa kerja 60 hari, namun hingga kini tidak ada aktivitas di lapangan.
Material belum muncul, papan proyek pun belum terlihat.
“Waktu terus berjalan, tapi lokasi sepi. Ini jelas akan mangkrak,” keluh warga setempat.
Delapan Proyek Diduga Dikuasai Fonsi
Berdasarkan data yang diperoleh Flobamor.com, berikut daftar proyek yang diduga dikendalikan Fonsi — baik langsung maupun lewat perusahaan “pinjaman”:
1. SDN-SMPN Satap Siru – Perpustakaan (Rp230,5 Juta) – CV. Wangka Lajar
2. SDN Siru, Lembor – Perpustakaan (Rp254,9 Juta) – CV. Malok Ajo
3. SDN Siru, Lembor – Ruang UKS (Rp158,6 Juta) – CV. Malok Ajo
4. SDN Kendol, Lembor Selatan – Perpustakaan (Rp257,1 Juta) – CV. Nuk Koe Riko
5. SDN Kendol, Lembor Selatan – Ruang Guru/Kepala Sekolah (Rp250,4 Juta) – CV. Malok Ajo
6. SMPN 1 Komodo – Rehabilitasi Ruang Kelas (Rp145,9 Juta) – CV. Accelora
7. SDN Bempo, Lembor Selatan – Perpustakaan (Rp257,0 Juta) – CV. Malok Ajo
8. Jalan Tani Lingko Ikong Wae Mose (Rp99,7 Juta) – CV. Wangka Lajar
Seluruh proyek ini kini disorot publik karena indikasi kuat penyimpangan, keterlambatan, dan kualitas buruk.
Dinas dan APH Diminta Turun Tangan: “Cukup Sudah Permainan Ini!”
Pertanyaan besar kini mengemuka: mengapa kontraktor bermasalah masih terus diberi proyek baru?
Bahkan di beberapa lokasi, papan tender tidak pernah dipasang, menandakan lemahnya transparansi dan pengawasan.
Masyarakat mendesak Aparat Penegak Hukum (APH) dan Inspektorat Daerah segera turun tangan mengusut tuntas dugaan pelanggaran ini—mulai dari material oplosan, keterlambatan masif, hingga praktik jual-beli proyek.
“Cukup sudah permainan seperti ini. Kami tidak mau fasilitas publik dibangun asal-asalan hanya demi kepentingan segelintir orang,” tegas seorang warga Siru.
Fonsi Bantah Semua Tuduhan
Dikonfirmasi secara terpisah, Fonsi, Direktur CV. Malok Ajo, membantah tudingan jual-beli proyek.
“Itu tidak benar. Untuk delapan paket itu, masing-masing punya CV yang mengerjakan, tidak hanya saya sendiri,” ujarnya kepada Flobamor.com, Senin (10/11/2025).
Namun, ketika dikonfirmasi mengenai mangkraknya proyek Jalan Tani Lingko Ikong Wae Mose dengan nilai kontrak Rp99,7 juta yang dikerjakan CV. Wangka Lajar, Fonsi tiba-tiba bungkam.
Ia tidak memberikan penjelasan apa pun terkait alasan keterlambatan, padahal kontrak telah berjalan hampir sebulan lebih tanpa ada aktivitas di lapangan.
Sikap diam Fonsi justru menambah kuat dugaan publik bahwa ada sesuatu yang disembunyikan di balik proyek tersebut.
Sumber di lokasi bahkan menyebut, hingga kini tak ada material maupun pekerja yang muncul di titik pekerjaan, seolah proyek itu hanya ada di atas kertas.
Ia juga menolak tudingan penggunaan material oplosan dan keterlambatan kerja.
“Kami kerja sesuai RAB dan spesifikasi teknis. Dan proyek yang saya kerjakan berakhir kontrak sampai 18 November 2025,” katanya menegaskan.
Namun publik kini menunggu: apakah klarifikasi Fonsi akan terbukti di lapangan, atau justru menjadi bagian dari kisah panjang permainan proyek di Manggarai Barat yang tak pernah berkesudahan.












